ALAM SEMESTA SEBAGAI PATNER ALLAH

I. PENDAHULUAN

Allah menciptakan alam semesta bukan tanpa tujuan. Roma 11:36 mengatakan “Sebab “segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya” sedangkan Mazmur 19:1 mengatakan bahwa "Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya." 

Segala sesuatu yang Allah telah ciptakan, baik manusia, binatang liar, malaikat, ataupun bintang-bintang dan planet-planet, telah diciptakan untuk kemuliaan-Nya termasuk alam semesta diciptakan oleh Allah untuk kemuliaan-Nya. Alam semesta berjalan pada sistemnya Allah, dalam keteraturannya alam semesta tidak akan menyimpang daripada penetapan Allah. 

Dalam Yesaya 14:24 dikatakan: “Tuhan semesta alam telah bersumpah, firman-Nya: “Sesungguhnya seperti yang Aku maksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Aku rancang, demikianlah akan terlaksana, Itulah rancangan yang telah dibuat mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan yang teracung terhadap segala bangsa.” 

Allah telah menciptakan seluruh alam semesta ini menurut kehendak-Nya dan dengan cara yang disukai-Nya, karena penciptaan seluruh alam semesta ini memang bukan dimaksudkan untuk kepentingan dan kesenangan manusia, melainkan untuk kepentingan dan kesenangan Allah. 

Kalau di hubungkan dengan manusia, maka terlihat bahwa manusia adalah bagian dari alam. Manusia dan alam sama-sama diciptakan oleh Allah. Kesatuan manusia dengan alam adalah kesatuan biologis. Ia adalah bagian alam karena ia diciptakan dari debu tanah, mendapatkan sumber hidupnya dari alam dan akan kembali lagi bersatu dengan alam dalam kematian (Kej. 2:7; 3:19, 23; Mzm. 90:3; 103:14-16). Kesatuan manusia dengan alam menjadi alasan mengapa manusia harus menunjukkan solidaritas atau rasa senasib dengan alam dan memperlakukan alam sebagai sesama ciptaan.

Dalam Perjanjian Lama banyak peristiwa yang seolah-olah menentang hukum alam bahkan melibihi logika manusia, sehingga hal itu kadang-kadang dimata manusia di anggap sebagai sebuah musibah dan bencana tetapi sebenarnya Alkitab membukakan itu sebagai perbuatan Allah dalam kasih dan kedaulatan-Nya serta mempunyai tujuan tertentu termasuk Ia memakai menjadi Patner-Nya.

II. PEMBAHASAN

A. MENGAPA ALLAH MEMILIH ALAM SEBAGAI PATNER-NYA?

1. Berdasarkan kehendak Allah

Jika segala sesuatu berasal dari Allah semua itu tidak dapat kita pahami sepenuhnya, entah itu keberadaan dunia fisikal yang ada di sekitar kita ataupun itu merupakan pewahyuan atau penyataan doktrin tentang kebenaran Allah.

Semua itu memiliki kemiripan bahwa di dalamnya ada misteri yang tidak dapat kita pahami atau jelaskan. Jika Tuhan telah melakukan itu dan sedang melakukan itu, itu adalah tanda-tangan Allah, yaitu misteri yang tidak dapat diduga. Kalau kita mau mengetahui, mengakui, dan tunduk kepada Firman Tuhan, maka kita harus mengakui bahwa Allah bukan saja ada dan mencipta, tetapi kita juga harus mengakui bahwa Allah menjalankan kehendak-Nya dalam dunia ciptaan-Nya.

Alkitab dengan jelas berkata bahwa Allah adalah Allah yang transenden. Allah yang melampaui segala keberadaan di dalam dunia dan yang juga melampaui ruang dan waktu, hal ini disebut sebagai sifat transenden Allah. Allah yang melampaui segala sesuatu tidak terikat oleh segala sesuatu, dan tidak terbelenggu di dalam segala sesuatu. Ia adalah Allah yang menjadi sumber dan sasaran dari segala sesuatu sehingga berdasarkan kasih dan kehendak-Nya saja Ia melakukan semuanya, Ia bertindak sesuai menurut rencana yang ditetapkan-Nya sendiri (Yes 40:12-130)[1].

2. Sebagai alternatif terakhir

Tuhan mengingatkan umat-Nya berkali-kali dengan berbicara kepada nenek moyang mereka. Tuhan terus memberikan peringatan yang sangat keras agar “Israel” tidak terus menerus jatuh dan akhirnya harus dibuang oleh-Nya. Tetapi nenek moyang orang Israel tidak mau mendengarkan firman Tuhan. Mereka mengabaikan Tuhan yang telah mengutus para nabi untuk bernubuat memberikan peringatan kepada mereka. Keengganan mereka untuk mendengarkan Tuhan membuat mereka akhirnya dibuang oleh Tuhan.

Tuhan ingin orang Israel tidak menjadi tuli terhadap peringatan Tuhan. Biarlah telinga Israel tidak lagi tertutup supaya mereka tidak lagi dihukum oleh Tuhan[2]. Yesaya pasal 6 mengatakan bahwa karena mereka terus tidak menanggap dan tidak mengerti apa yang Tuhan mau nyatakan, maka mereka akhirnya dibuang dan dihancurkan oleh Tuhan.

Pada akhirnya apa yang Tuhan katakan menjadi nyata, manusia mengabaikan Tuhan, tapi Allah memperingatkannya lagi dan lagi sebab Allah tidak memungkiri atau membatalkan mempertahankan kesetiaan dan kasih-Nya[3]. Pada akhirnya Allah memakai Alam sebagai alternatif terakhir dan tentu saja Ia tidak kehabisan cara yang lain.

III. ALAM SEMESTA DIPAKAI ALLAH UNTUK MENGHUKUM DAN MEMBERKATI UMAT-NYA

a. Alam semesta untuk memberkati

Selain untuk menghukum Allah juga memakai alam untuk memberkati umat-Nya. Dalam banyak peristiwa Allah menunjukan berkat-Nya sebagai tanda-tanda yang dipakai-Nya dalam memberkati bangsa Israel:

1. Manna di padang gurun (Keluaran 16)

Dalam perjalanannya yang Panjang, banyak kejadian-kejadian yang dipakai Allah melalui alam untuk memberkati bangsa Israel, dan salah satunya adalah manna. Manna adalah makanan pokok umat Israel selama 40 tahun menegembara di padang gurun (Kel 16:35) oleh karena bangsa Israel bersungut-sungut ketika kekurangan makanan di padang gurun Sinai maka Allah mengirim menrunkan “Hujan Roti” dari langit. 

Pemberian makanan ini, merupakan peristiwa alam yang melawan hukum alam dan  melampaui pemikiran bangsa Israel pada saat itu sehingga ini hanyalah semata-mata pekerjaan Allah melalui alam semesta dalam mendatangkan berkat bagi bangsa-Nya

Padang gurun inilah yang mengajarkan kepada umat Israel untuk ‘meninggikan’ pemeliharaan Tuhan untuk merayakan perbuatan-perbuatanNya yang ajaib. Dan inilah dua contoh pemeliharaan ajaib yang berupa pemeliharaan makanan tercetak untuk selama-lamanya di dalam ingatan umat Israel: pemberian manna, ‘roti dari sorga’ (bnd Kel 16:4; Mzm 78:24; 105:40; Yoh 6:31). Disisi lain peristiwa ini memberikan makna kepada bangsa Israel bahwa penyertaan Tuhan itu sempurna bagi umatNya.[4]

2. Tiang awan dan tiang api

Tiang awan dan tiang api merupakan cara yang di pakai Tuhan untuk menuntun umat-Nya dan untuk meyakinkan mereka bahwa Ia sendiri ada ditengah-tengah mereka. Umat Israel tahu tentang penyertaan Allah terhadap mereka bahwa Tiang awan dan tiang api adalah sebuah penuntun perjalanan. Tiang tersebut menuntun mereka ke tempat yang sama sekali belum pernah mereka lalui. Sebuah perjalanan baru telah di mulai. 

Tiang itu ada di depan mereka setiap saat. Sebagai tuntunan, maka mereka harus tetap mengacu pada keberadaan awan tersebut[5]. Ada saat-saat dimana awan itu bergerak dan diam. Keberadaan tiang awan dan tiang api untuk menuntun perjalanan bangsa Israel keluar dari Mesir, tidak hanya terbatas pada fungsi mengarahkan perjalanan belaka. Tiang itu melambangkan kehadiran Allah.

Sebagaimana bentuk dan keberadaannya yang supernatural, tiang tersebut adalah bukti kehadiran Allah yang menyertai dan berjalan bersama dengan mereka. Bahkan melalui tiang itu, Allah juga hadir dan berbicara dengan mereka. Allah turun dalam supernatural berupa bentuk tiang awan (Bilangan 12:5). 

Sejak penciptaan dan seterusnya, Allah senantiasa memelihara ciptaan-Nya melalaui berbagai proses, atau dengan kata lain dalam ciptaan terkandung kesan mengembangbiakan dan menghasilkan hidup[6]. Harus diakui bahwa masih banyak lagi peristiwa-peristiwa seperti air bah, sepuluh tulah, dan sebagainya yang dipakai Allah untuk memberkati bangsa Israel dan itu merupakan kepanjangan tangan Allah sendiri.

b. Alam semesta untuk menghukum

1. Peristiwa air bah (Nuh)

Ketika Allah memberi hukuman bukan berarti Allah kejam, namun Ia mengingat perbuatan orang jahat yang menimbulkan kesengsaraan dan Ia meminta pertanggungjawaban mereka. Kelak, Ia akan mengakhiri semua ketidakadilan dan penderitaan. Tindakan-Nya ini menunjukkan bahwa Allah dengan kasih-Nya selalu memberikan peringatan sebelum melaksanakan penghukuman. Nuh memperingatkan orang-orang, tetapi mereka mengabaikan dia.[7] Alkitab mengatakan, ”Mereka tidak memberikan perhatian sampai banjir itu datang dan menyapu bersih mereka semua.”​ (Matius 24:39). 

Juga ini merupakan alasan yang tepat bahwa Allah memakai peristiwa banjir ini sebagai peringatan dan alternatif terakhir untuk manusia sadar akan siapa Allah. ketika Allah menghakimi Sodom dan Gomora dan berniat membinasakan kedua kota itu, Abraham yang setia tidak yakin apakah keputusan Allah tersebut adil. Menurutnya, Allah yang adil tidak mungkin ”melenyapkan orang adil-benar bersama orang fasik”. 

Allah dengan sabar meyakinkan Abraham bahwa seandainya ada sepuluh saja orang baik di Sodom, Ia tidak akan membinasakan kota itu. (Kejadian 18:20-33) Jelaslah, Allah menyelidiki hati setiap orang di sana dan melihat bahwa mereka sudah sangat jahat.​ (1 Tawarikh 28:9).

2. Peristiwa 10 tulah

Sama dengan yang lainnya peristiwa inipun bukanlah menunjukan bahwa Allah jahat. Alkitab memberikan alasan Allah mengapa Allah memberikan tulah kepada orang-orang Mesir yaitu untuk menunjukkan bahwa Dialah Tuhan (Kel. 7:4-5; ;12:12; 18:11), untuk menunjukkan bahwa Dialah satu-satunya Allah (Kel. 9:14) dan untuk menunjukkan hubungan yang khusus antara Tuhan dan orang Israel (Kel. 10:1-12; 11:7), serta menunjukkan bahwa dewa-dewa orang Mesir (Kel. 12:12; Bil. 33:4) bukanlah allah dan mereka layak untuk dihukum karena ketidakberdayaan mereka, Tulah-tulah itu memang diberikan untuk mengalahkan konsep orang Mesir tentang dewa-dewa mereka yang berkuasa. Semua peristiwa alam tersebut berjalan pada sistemnya Allah dengan tujuannya masing-masing.

IV. SIKAP ORANG PERCAYA TERHADAP ALAM SEMESTA 

1. Menghargai alam sebagai patner Allah dengan cara mengelola dan menjaga alam dengan baik sebagai contoh seperti jangan membuang sampah sembarang, jangan menebang pohon-pohon sembarangan, dsb.

2. Mengembangkan sikap peduli terhadap berbagai usaha pengerusakan Alam

3. Melakukan bagian kita sebagai duta Allah sebagai keselamatan jiwa dan kelestarian alam semesta

Dari ketiga point di atas kalau kita jelaskan satu persatu maka kita melihat ada banyak tanggungjawab dan sikap manusia terutama anak-anak Tuhan dalam mengelola alam yang menjadi patner Allah ini. 

V. KESIMPULAN

Alkitab memberi kesaksian bahwa apa yang diciptakan Allah melihat itu baik. Segalanya diciptakan untuk saling mengisi dan saling menopang. Ia menciptakan lautan, daratan, tumbuhan, hewan dan seluruh alam semesta dan setelah itu Ia juga memelihara semua yang diciptakan-Nya, dengan kuasa-Nya Allah melestarikan dunia yang diciptakan-Nya.

Penyediaan Allah bukan saja melestarikan bumi yang diciptakan-Nya, tetapi Ia juga menyediakan apa yang diperlukan oleh ciptaan-Nya itu. Ketika Allah menciptakan bumi, Ia menciptakan musim (Kejadian 1:14) dan memberi makan manusia dan hewan (Kejadian 1:29-30). 

Setelah air bah menghancurkan bumi, Allah memperbarui janji-Nya. “Selama bumi masih ada, takkan berhenti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam” (Kejadian 8:22). Beberapa Mazmur menegaskan kebaikan Allah dalam menyediakan kebutuhan bagi makhluk-makhluk ciptaan-Nya (Mazmur 104:1-35; 145:1-21).

Karena Allah berdaulat, peristiwa-peristiwa dalam sejarah terjadi menurut kehendak-Nya. Allah selalu “ada dan berbuat” dalam segala hal tidak pernah Allah tidak ada. Hal Itu juga ditegaskan oleh Musa: “Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun temurun. Sebelum gunung gunung dilahirkan dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama lamanya Engkaulah Allah” (Mazmur 90:1-2). 

Dengan kata lain, Allah sudah ada secara kekal dan tidak terbatas sebelum menciptakan alam yang terbatas dan semuanya dilakukan dengan tujuan tertentu dalam kasih dan kedaulatan-Nya.

VI. PUSTAKA

Barth, Christoph & Frommel, Barth, Claire, Marie, Teologi Perjanjian Lama 1, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2016

Dyrness, William, Tema-tema dalam teologi perjanjian lama, Malang, Gandum mas, 1979

Barth, Christoph & Frommel, Barth, Claire, Marie, Teologi Perjanjian Lama 2, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2016

Caram, G, Paul,  Mengubah kutuk menjadi berkat, Jakarta, Nafiri Gabriel, 1997

Kaiser, C, Walter, Teologi Perjanjian Lama, Malang, Gandum Mas, 1978

[1] Christoph Barth & Marie Claire Barth Frommel, Teologi Perjanjian Lama 1, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016). 25

[2] Walter C. Kaiser, Teologi Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 1978).80-81

[3] Christoph Barth & Marie Claire Barth Frommel, Teologi Perjanjian Lama 2, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016). 232-233

[4] Ibid. 215-217

[5] Karena manusia jatuh kedalam dosalah Allah memberikan kutuk (Kej 3:16-19) kutuk ini mencakup rasa sakit, kerja keras, kesedihan, kekecewaan dan kematian namun kutuk ini kadang-kadang Ia memakai alam sebagai alat-Nya. (Paul. G. Caram, Mengubah kutuk menjadi berkat, Jakarta: Nafiri Gabriel, 1997). 133

[6] William Dyrness, Tema-tema dalam teologi perjanjian lama, (Malang: Gandum mas, 1979). 57

[7] Ibid. 65

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama