Kejadian 37:4-5: "Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan ramah. Pada suatu kali bermimpilah Yusuf, lalu mimpinya itu diceritakannya kepada saudara-saudaranya; sebab itulah mereka lebih benci lagi kepadanya".
Ada sesuatu yang menarik dalam kisah Yusuf dengan saudara-saudaranya berkenaan dengan topik ini. Saya yakin bahwa cerita ini merupakan cerita yang sangat mudah kita ingat karena ini sudah diceritakan sejak kita masih disekolah minggu. Yusuf adalah anak Yakub dari pernikahannya dengan Rahel, ia lahir pada waktu Yakub sudah cukup tua, ada yang mengatakan bahwa Yusuf adalah anak kesayangan Yakub karena ia lahir dari istri yang di sayangi olehnya (Rahel).
Yusuf mendapat kasih dan perhatian yang istimewa dari ayahnya sehingga hal ini menimbulkan kecemburuan di hati saudara-saudaranya. Dikemudian hari ia menikah dengan Asnat, anak Potifera, seorang imam di On (Kej 41:45). Melalui pernikahan ini ia mendapat dua orang anak yaitu Manasye dan Efraim.
Yusuf termasuk bapa leluhur bangsa Israel yang keempat. Selain berwatak baik Tuhan juga mengaruniakan kecerdasan kepadanya dan sangat memungkinkan bahwa hal inilah yang membuat dia menduduki jabatan penting di Mesir. Selain itu ia juga dikenal sebagai seorang penafsir mimpi. Pada waktu ia masih tinggal di rumah orang tuannya ia pernah bermimpi mengenai berkas-berkas gandum yang dapat berdiri tegak. Mimpi ini menumbulkan rasa iri hati di antara saudara-saudaranya (seakan-akan dalam mimpi itu saudara-saudaranya dan orang tuanya sujud menyembah dia) dan memang di kemudian hari mimpinya itu menjadi kenyataan. Ketika ia berada di Mesir juga ia dapat menafsirkan mimpi Firaun dengan baik.
Diceritakan dalam Alkitab bahwa Yusuf mula-mula dilemparkan kedalam sumur, kemudian ia dijual kepada saudagar-saudagar Midian seharga 20 keping perak (Kej 37:28). Saudagar-saudagar itu menjualnya lagi kepada Potifar (Kej 37:36).
Bagian Yang saya ingin kita lihat dan renungkan dengan baik adalah ketika saudara-saudaranya melakukan hal yang tidak senonoh itu kepadanya, kita dapat membayangkan bagaimana perasaan saudara-saudara Yusuf ketika mereka berbuat demikian kepadanya. Apakah hati mereka penuh dengan kebencian sehingga tidak belaskasihan terhadap Yusuf yang adalah saudara mereka sendiri? Inilah pekerjaan dosa, ketika dosa menguasai kita, maka hati dan pikiran kita akan terikat dan dibutakan oleh dosa. Apapun penilaian kita, bagian ini mempunyai kebenaran yang tak terhindarkan bahwa: “iri hati” berkembang menjadi "kebencian" dan kebencian itu berkembang lagi menjadi "Makin benci".
Kalau sudah tumbuh rasa “iri hati” maka biasanya pikiran yang sehat dan kasih persaudaraan menjadi tidak membaik lagi, sebab dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan (Mark 7:21; Mat 15:19). Rasa kemanusiaan saudara-saudaranya sudah tidak berfungsi, sehingga mereka melakukan hal sejahat itu tetapi Yusuf rela diperlakukan tidak adil.
Pengalaman Yusuf ini mengingatkan kita kisah Kain dan Habel (Kej 6). Kain cemburu dan iri hati kepada Habel adiknya, karena persembahan Habel lebih berkenan kepada Allah ketimbang persembahannya sehingga akibatnya Kain membunuh Habel. Kebencian yang tidak segera di selesaikan akan mendatangkan masalah baru baik bagi orang lain maupun diri sendiri, dan hal inilah yang di lakukan oleh saudara-saudara Yusuf namun sekali lagi Yusuf tidak membalas jahat dengan jahat meskipun Yusuf bisa saja membalasanya saat ia jaya di Mesir.
Jika saat ini saudara sedang membenci/dibenci kepada/oleh seseorang maka ingatlah bebarapa Hal berikut:
1. Kebencian dan iri hati itu akan membawa engkau kepada sesuatu tahap dimana engkau akan lebih benci lagi (dendam) kepadanya dan itu dosa.
2. Kebencianmu itu akan merusak hubunganmu sesama dan juga dengan Allah
3. Isilah pikiran saudara dengan hal-hal yang baik, hal-hal yang membangun hubungan saudara dengan Allah maupun dengan sesama
4. Jika iri hati dan kebencian datang (yang adalah dosa) temuilah Tuhan dalam doa dan mohon kepada-Nya kelegaan dan kedamaian agar kita bisa dan mampu mengampuni. (Mat 11:28).
Ingatlah bahwa iri hati dan kebencian tak mengenal saudara kandung maupun tak sekandung. Kita bisa melihatnya sendiri dari peristiwa Yusuf maupun dari peristiwa kain dan Habel, Karena itu jangan biarkan hal ini mengganggu hubungan kita dengan Allah maupun keuarga dan sesama kita.
Amsal 14:30 berkata: Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang.
Satu hal yang sangat baik kalau kita perhatikan kata - kata Yohanes berikut dalam Yohanes 3:27 - Jawab Yohanes: "Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga.
Kiranya renungan singkat ini menjadi berkat. Soli Deo Gloria