PERCAYA WALAU TAMPAK MUSTAHIL

IBRANI 11:17-22 : Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, walaupun kepadanya telah dikatakan: "Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu." Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali. Karena iman maka Ishak, sambil memandang jauh ke depan, memberikan berkatnya kepada Yakub dan Esau. Karena iman maka Yakub, ketika hampir waktunya akan mati, memberkati kedua anak Yusuf, lalu menyembah sambil bersandar pada kepala tongkatnya. Karena iman maka Yusuf menjelang matinya memberitakan tentang keluarnya orang-orang Israel dan memberi pesan tentang tulang-belulangnya.

Seorang filsuf eksistensialis abad ke-19, S. A. Kierkegaard pernah mengomentari iman Abraham sebagai iman yang nekad kepada Allah yang tidak dapat diduga. Artinya, iman Abraham adalah kepasrahan kepada nasib. Kalau ternyata Allah jahat, berarti iman kepada-Nya adalah sia-sia.

Akan tetapi Kierkegaard salah sebab Iman Abraham bukan iman nekad. Iman Abraham adalah iman berdasarkan pengenalannya akan pribadi Allah dan pengalamannya akan kuasa-Nya. Abraham mengenal Allah sebagai Allah yang mengasihi dan memelihara dirinya beserta keluarganya. Ia juga telah melihat kuasa Allah yang membuat Sara mengandung dan melahirkan Ishak pada masa tuanya. 

Maka Abraham pun yakin akan janji Allah tentang Ishak sebagai pewarisnya pasti ditepati-Nya. Meskipun Ishak harus tetap dikurbankan, Allah akan membangkitkannya lagi (Ibr 11:19; Kej 22:5) sesudah itu kami kembali kepadamu").

Teladan iman Abraham itu diikuti oleh keturunannya. Kita melihat sikap iman yang ditunjukkan oleh mereka: Ishak ketika ia memberkati Yakub (Ibr 11:20-22 bnd. Kej 27:27-29), Yakub ketika ia memberkati kedua anak Yusuf (Kej 48:14-16) dan Yusuf menjelang kematiannya (Kej 50:24-25).

Teladan iman para bapak leluhur Israel ini menjadi pelajaran iman bagi umat Israel di kemudian hari. Umat Israel terus-menerus diingatkan bahwa Allah yang mereka sembah adalah Allah nenek moyang mereka, yang terbukti setia dan berkuasa. Maka mereka dituntut untuk memercayai-Nya sama seperti para leluhur mereka memercayai-Nya.

Kita yang percaya kepada Kristus adalah keturunan-keturunan Abraham berdasarkan iman (Rom 4:16) itulah sebabnya Abraham disebut juga sebagai Bapa segala orang percaya dan Oleh karena itu, kita pun harus meneladani iman Abraham dengan memercayai penuh kasih dan kuasa Allah. Janji-janji-Nya tidak pernah ditarik-Nya.

Percaya saja sekalipun hal itu kita tidak lihat dengan mata dan di anggap mustahil dengan logika kita,  Tuhan Yesus berkata kepada Thomas: “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” (Yohanes 20:29 b). 

“Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (Roma 10:17). Orang yang beriman kepada Allah harus beriman dengan memandang kepada Kristus sebab Kristus adalah yang mengadakan iman dalam Saudara dan Kristus juga yang akan menggenapi iman Saudara. Amin

Soli Deo Gloria

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama