Cinta dan Pengorbanan seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa pisahkan, dimana ada cinta, disitu ada pengorbanan, meskipun pengorbanan bisa dilakukan tanpa adanya cinta. Dalam Jumat Agung dan Paskah kemarin, saya merenungkan tentang salah satu tokoh yang karena cintanya dia rela membayar harga dengan berkorban serta memberikan yang terbaik bagi orang yang dia cintai. Ya orang itu adalah Yusuf Arimatea.
Markus 15:46 (TB) Yusuf pun membeli kain lenan, kemudian ia menurunkan mayat Yesus dari salib dan mengapaninya dengan kain lenan itu. Lalu ia membaringkan Dia di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu. Kemudian digulingkannya sebuah batu ke pintu kubur itu.
Pertama, Yusuf berani meminta mayat Yesus. Ini bukti bahwa imannya besar dalam mencintai Yesus. Setelah ia meminta mayat Yesus lalu Yusuf dapat menguburkan Yesus dengan layak.
Kedua, Yusuf mengorbankan hartanya. Dia membeli kain lenan dengan pengeluaran pribadinya. Yusuf berani berkorban harta untuk orang yang dicintainya.
Ketiga, Yusuf memberikan tenaganya. Dia mengambil mayat Yesus dari kayu salib, dan membaringkan Yesus di goa di mana Yusuf menggalinya. Betapa kecintaan Yusuf terhadap Yesus membawa kepada hati yang dalam untuk berani memberikan yang terbaik bagi Yesus.
Mulai dari meminta mayat Yesus, sampai memberikan tenaganya dalam mengambil mayat Yesus merupakan sebuah bukti cintanya terhadap Tuhan Yesus. Masa pandemi covid 19 ini menjadi masa yang sulit bagi kita untuk berani memberi yang terbaik bagi Yesus. Mungkin kita enggan untuk berani bersaksi tentang Yesus, tidak berani berkorban harta untuk mendukung pelayanan Gereja, tidak peduli terhadap sumber daya manusia yang dibutuhkan gereja terjadi pada masa kini, dsb.
Melalui cerita Yusuf Arimatea ini kiranya kita diingatkan untuk berani memberi yang terbaik bagi Tuhan Yesus, ingat Dia mau kita melakukan tugas kita untuk membuktikan cinta kita kepada-Nya melalui Gereja-Nya. Lakukanlah yang terbaik sebagai wujud cintamu kepada Allah. Amen.
Tuhan Yesus Memberkati
Tags:
RENUNGAN