Habakuk merupakan Nabi pilihan Tuhan yang hidup dalam pemerintahan Raja Yoyakim pada tahun 610 SM. Ia adalah anak dari perempuan Sunem hidup sebagai nabi yang sangat sensitif terhadap lingkungan sekitarnya, maka tidaklah heran bila dalam tulisannya ia menuangkan protes kepada Tuhan melalui doa-doanya yang tiada henti, akibat melihat dan merasakan penderitaan yang dialami oleh bangsa Yehuda. Walaupun posisinya sebagai nabi Tuhan, tidak serta-merta membebaskannya dari masalah. Habakuk juga mengalami dan menghadapi masalah yang rumit dan membingungkan yang harus diselesaikannya.
I. Pergumulan Habakuk Dalam Pelayanannya
Habakuk dalam pelayanannya menghadapi persoalan yang pelik. Sebab Ia hidup pada masa pemerintahan Yoyakhim dimana Di mata Tuhan dianggap jahat (2 Raja-raja 23:37). Ketika menghadapi orang-orang sebangsanya yang lalim, Habakuk berharap Tuhan memberikan hukuman, tetapi ia tambah bingung Sebab Tuhan memakai bangsa yang lalim untuk menghukum Yehuda (Ay 6). Itulah persoalan yang menjadi pergumulan Habakuk dalam pelayanan, karena diperhadapkan kepada suatu realita yang Tuhan lakukan dan membuatnya menjadi bingung. Sebab dalam pandangannya Mengapa orang jahat yang tidak mengenal alat tersebut hidupnya dipakai Tuhan dan mengalami kesuksesan secara duniawi jika dibanding orang percaya. Oleh karena itu tidaklah heran bila Habakuk berteriak sebagai bentuk protesnya dalam Habakuk 1: 3-4.
II. Habakuk Pantang Menyerah Mencari Pertolongan Tuhan
Walaupun Habakuk merasa bahwa teriakannya tidak didengar Tuhan (Ay 2a), namun hal itu tidak menyurutkan semangatnya. Ia terus berseru kepada Allah untuk meminta pertolongan dan perhatian, agar Allah mau mendengar dan menjawab segala pengaduannya (Hab 2:1). Habakuk berusaha merayu Allah, dengan memuji segala pekerjaan-Nya. Tujuan dari semua itu adalah agar supaya Allah menjadi luluh atas kemurahannya dengan melepaskan segala kesengsaraan dan penindasan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa lain terhadap Yehuda. Dari sinilah kita dapat mengenal Habakuk sebagai sosok pribadi yang pantang menyerah dan putus asa menghadapi masalah.
III. Habakuk Memiliki Iman Yang Teguh
Habakuk Juga Manusia, Ia juga mengalami rasa gentar dan takut, tatkala penghukuman Tuhan atas bangsa Yehuda didengarnya sudah datang melalui bangsa-bangsa lalim. Namun sebagai Nabi Allah ia tidak lari meninggalkan pelayanannya walau dalam kondisi sulit, getir dan penuh penderitaan. Ia dengan tenang bahkan menunggu dan menghadapi datangnya masa-masa sulit tersebut (Hab 3:16). Apa rahasianya?
Pertama, Habakuk memiliki suatu keyakinan bahwa Segala peristiwa yang terjadi tidak lepas dari segala rancangan Allah bagi kebaikan umatnya. Sebab pada dasarnya bangsa lalim tersebut dipakai Tuhan untuk menyadarkan umatnya dari segala kejahatan mereka.
Kedua, Habakuk tidak pernah meragukan Allah. Hal itu nampak melalui Mazmur yang ia naikan, Iya mengatakan "Walaupun sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah namun aku akan bersorak-sorai di dalam Tuhan beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku" (Hab 3:17-18). Habakuk memiliki keyakinan penuh bahwa Tuhan tidak pernah mengecewakan, seperti sesuatu yang ada di sekelilingnya. Ia pasti akan menolong dan menyelamatkan nya.
Sebagai orang percaya kita harus meneladani apa yang dilakukan oleh Habakuk, ketika menghadapi masalah. Hendaklah kita tetap semangat dan pantang menyerah, datang pada Tuhan menyerahkan masalah dan persoalan hidup kita. Jangan goyah, tetapi tetap berpegang teguh padanya, Sebab kita tahu bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita (Roma 8:28), Dan ingat janji Tuhan bahwa ia tidak akan membiarkan dan meninggalkan kita Tuhan Yesus memberkati kita. Amen.
Tuhan Yesus Memberkati
Tags:
CUPLIKAN KHOTBAH