MINYAK URAPAN, APAKAH MASIH BERLAKU PADA ZAMAN SEKARANG?

1. APA ITU MINYAK URAPAN?

Keluaran 30:22-25 - Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Ambillah rempah-rempah pilihan, mur tetesan lima ratus syikal, dan kayu manis yang harum setengah dari itu, yakni dua ratus lima puluh syikal, dan tebu yang baik dua ratus lima puluh syikal, dan kayu teja lima ratus syikal, ditimbang menurut syikal kudus, dan minyak zaitun satu hin. Haruslah kaubuat semuanya itu menjadi minyak urapan yang kudus, suatu campuran rempah-rempah yang dicampur dengan cermat seperti buatan seorang tukang campur rempah-rempah; itulah yang harus menjadi minyak urapan yang kudus.

Dari ayat yang saya beri huruf tebal dan dicetak miring itu menunjukan bahwa minyak urapan adalah minyak yang ramuannya harus khusus dan sudah ditentunkan. Dan menurut saya ramuan atau bahan itu sudah sukar dicari pada zaman sekarang.

2. APA MANFAATNYA/ DIPAKAI DALAM HAL APA?

Keluaran 30:26-31 - Haruslah engkau mengurapi dengan itu Kemah Pertemuan dan tabut hukum, meja dengan segala perkakasnya, kandil dengan perkakasnya, dan mezbah pembakaran ukupan; mezbah korban bakaran dengan segala perkakasnya, bejana pembasuhan dengan alasnya. Haruslah kau kuduskan semuanya, sehingga menjadi maha kudus; setiap orang yang kena kepadanya akan menjadi kudus. Engkau harus juga mengurapi dan menguduskan Harun dan anak-anaknya supaya mereka memegang jabatan imam bagi-Ku. Dan kepada orang Israel haruslah kaukatakan demikian: Inilah yang harus menjadi minyak urapan yang kudus bagi-Ku di antara kamu turun-temurun.

Jadi minyak urapan dipakai untuk mengurapai Kemah pertemuan, tabut hukum, meja dsb. (Perkakas Bait Suci), dan juga dipakai untuk mengurapi Harun dan Anak-anaknya (Imam). Sedangkan kepada Tubuh / badan orang awam atau orang biasa tidak boleh menggunakannya, Siapa yang membubuhkan minyak itu Tubuh/badan orang awam akan di hukum mati.

Keluaran 30:32-33 - Kepada badan orang biasa janganlah minyak itu dicurahkan, dan janganlah kau buat minyak yang semacam itu dengan memakai campuran itu juga: itulah minyak yang kudus, dan haruslah itu kudus bagimu. Orang yang mencampur rempah-rempah menjadi minyak yang semacam itu atau yang membubuhnya pada badan orang awam, haruslah dilenyapkan dari antara bangsanya."

Jadi kalau minyak urapan dipakai untuk orang awam dan untuk mendoakan orang sakit seperti yang dilakukan sebagian (tidak semua) gereja - gereja Karismatik maka itu menjadi salah. Sepanjang yang saya tahu gereja-gereja Karismatik itu tak hanya orang yang sakit diberikan melainkan juga orang yang sehat dengan tujuan agar terhindar dari bencana, usaha sukses, mujizat serta alasan lainnya.

Dengan kematian Yesus Kristus diatas kayu salib bukankah semua tradisi dan upacara tersebut sudah dibayar dan sudah tidak berlaku? Karena itu saya berpendapat bahwa minyak urapan hanya ada di dalam Perjanjian Lama sedangkan dalam Perjanjian Baru sudah tidak ada dan tidak berlaku lagi.

Tapi bagaimana dengan Yak 5:14 dan Mark 6:13 yang sering dipakai sebagai dasar dari pada ajaran mereka yang menjunjung tinggi serta mempraktekkan minyak urapan untuk mendoakan orang sakit:

3. PERSOALAN YAKOBUS 5:14 DAN MARKUS 6:13

Yakobus 5:14 - Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan.

Markus 6:13 - dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka.

Memang ayat yang paling sering disalah tafsirkan untuk mengajarkan penggunaan minyak urapan dalam Perjanjian Baru ada kedua ayat diatas, dan kalau persoalan memanggil para penatua untuk mendoakan orang sakit yang disertai pengolesan dengan minyak adalah ajaran Alkitabiah. Kata “sakit” dalam ayat ini adalah “asthenei” yang berarti “menderita sakit”. Dengan demikian kemungkinannya adalah seorang yang sakit parah (menderita) hingga sulit bangun atau beraktivitas. Dalam keadaan menderita sakit inilah, Yakobus menganjurkan agar memanggil para penatua.

Sedangkan Kata “para penatua jemaat” adalah “tous presbuterous tês ekklêsias” yang berarti “penatua-penatua dari jemaat”, yaitu orang-orang yang lebih tua yang diberi otoritas atau memiliki otoritas untuk memimpin jemaat dan juga memiliki otoritas untuk mengajar di jemaat mula-mula. Lalu Kata “mengoleskan” adalah “aleipsantes”, yang telah diterjemahkan dengan benar dalam AITB dengan “mengoles”. Kata tersebut berasal dari kata “aleiphó” yaitu kata yang umumnya dipakai untuk pengurapan tubuh dengan minyak. Merupakan bentuk dari kata kerja “elaió. Tujuannya adalah untuk membawa penyegaran bagi tubuh fisikal (Matius 6:17,18; Lukas 7:38). Padanan kata “aleiphó” ini dalam Perjanjian Lama adalah "syemen" menunjuk kepada minyak zaitun biasa yang digunakan untuk mengurapi dalam pengertian umum.

Perhatikan bahwa disini Yakobus tidak menggunakan kata “chrio” dan kata bendanya “chrisma”, yang berarti mengurapi atau pengurapan. Karena kata ini penggunaannnya terbatas hanya untuk pengurapan-pengurapan suci dan simbolik. Dalam Perjanjian Baru, kata “chrisma”, dipakai secara religius dan khusus untuk Kristus yang diurapi oleh Roh Kudus (“chrio”, Lukas 4:18; Kisah Para Rasul 4:27; 10:38; Ibrani 1:9), dan diurapinya orang-orang percaya oleh Allah (“chrio”, 2 Korintus 1:21; “chrisma”, 1 Yohanes 2:20,27). Dengan demikian kata “mengoleskan” disini tidak sama dengan pengurapan “chrisma”, dalam pengertian khusus.

Kemuadian Kata “minyak” dalam ayat tersebut adalah “elaiôn”. Mengacu pada minyak biasa yang pada umumnya menunjuk kepada minyak zaitun. Istilah “elaiôn” (Yunani) sepadan dengan "syemen" (Ibrani). Kita tahu, bahwa di zaman kuno orang menggunakan minyak zaitun untuk mengoles minyak atau memijit tubuh dengan minyak merupakan praktik medis yang lazim. Misalnya dalam perumpamaan orang Samaria yang baik, orang Samaria itu dikatakan mengoleskan minyak dan anggur pada luka orang Yahudi yang dirampok itu (Lukas 10:33-34). Dengan demikian minyak disini tidak sama dengan minyak urapan “elaiou tou khrismatos” atau “syemen hamisykhah” yang dipakai dalam Perjanjian Lama untuk hal tertentu dan khusus, dan hal yang sama jugalah yang di tekankan dalam Mark 6:13.

Dengan kata lain, ini adalah kebiasaan Yahudi pada saat itu dan dilakukan oleh murid Yesus, dan minyak itu berfungsi sebagai obat. Perhatikan Komentar berikut:

Adam Clarke: “Oil was and is frequently used in the east as a means of cure in very dangerous diseases; and in Egypt it is often used in the cure of the plague. Even in Europe it has been tried with great success in the cure of dropsy. And pure olive oil is excellent for recent wounds and bruises; and I have seen it tried in this way with the best effects, it was the custom of the Jews to apply it as a means of healing, and that St. James refers to this custom, is not only evident from the case of the wounded man ministered to by the good Samaritan, Luke 10:34, but from the practice of the Jewish rabbins, here I am satisfied that it has no other meaning than as natural means of restoring health; and that St. James desires them to use natural means while looking to God for an especial blessing” (= Baik dulu maupun sekarang minyak sering digunakan di Timur sebagai cara penyembuhan dalam penyakit-penyakit yang sangat berbahaya; dan di Mesir minyak sering digunakan dalam penyembuhan dari wabah / penyakit pes. Bahkan di Eropah minyak telah dicoba dengan sukses yang besar dalam penyembuhan dari penyakit dropsy. Dan minyak zaitun murni sangat bagus untuk luka dan memar yang baru terjadi; dan saya telah melihat bahwa minyak dicoba dengan cara ini dengan hasil yang terbaik, merupakan kebiasaan dari orang-orang Yahudi untuk menggunakan minyak sebagai cara penyembuhan, dan bahwa Santo Yakobus menunjuk pada kebiasaan ini, bukan hanya jelas dari kasus dari orang terluka yang dilayani oleh orang Samaria yang baik, Lukas 10:34, tetapi juga dari praktek dari rabi-rabi Yahudi, di sini saya tidak ragu-ragu bahwa minyak tidak mempunyai arti lain dari pada sebagai cara alamiah untuk memulihkan kesehatan; dan bahwa Santo Yakobus ingin supaya mereka menggunakan cara-cara alamiah sementara memandang kepada Allah untuk suatu berkat yang khusus) - hal 827.

Catatan:
- ‘Dropsy’ adalah suatu penyakit yang menimbulkan pengumpulan cairan serum yang abnormal dalam rongga-rongga atau jaringan tubuh - Webster’s New World Dictionary.

Jadi persoalan dalam Yakobus ini berbeda dengan pesoalan orang zaman sekarang. Mayoritas penafsir Alkitab mengatakan bahwa pada saat itu jemaat merupakan orang miskin dan tak mampu membeli obat karena itu penatua membantu jemaat memberikan minyak (yang berfungsi sebagai obat) untuk mengobati jemaat yang sakit. Sudah Menjadi kewajiban orang sakit untuk memanggil hamba-hamba Tuhan dan meminta bantuan serta doa mereka. Sekalipun dikatakan bahwa minyak berfungsi sebagai obat, tetapi jelas bukan dalam arti seperti minyak urapan yang digunakan oleh beberapa orang saat ini.

Waktu saya di Sumatera saya pernah mengikuti gereja dimana praktek minyak urapan ini dilakukan. Terus terang saja merasa tidak nyaman dan risih sepanjang ibadah. Setelah ibadah selesai saya share dengan seorang teman mengenai hal itu dengan harapan bahwa ia menyampaikannya kepada pendeta itu.

Lagian bukankah sekarang ada rumah sakit bagi orang sakit? Ada obat yang dijual dan bisa beli sendiri tanpa melibatkan penatua atau Pendeta? Adalah baik kalau memanggil pendeta dan Hamba Tuhan untuk mendoakannya, terlepas dari orang sakit itu juga bisa berdoa sendiri kepada Tuhan dan tanpa memakai obat atau minyak untuk dioleskan sebab itu sudah tidak berlaku lagi. 

Jika pertanyaan Apakah Perjanjian Baru mengajarkan orang Kristen (gereja) untuk menggunakan minyak urapan?” maka jawabannnya jelas “tidak ada sama sekali!” Saya lebih menyukai istilah "minyak urapan sudah tak relevan di zaman sekarang atau dengan kata lain sudah kadaluarsa / expired".

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama