KEDAULATAN ALLAH DAN PENDERITAAN

Saat ini kita semua dibuat panik oleh adanya Corona Virus (Covid 19), bukan hanya di Indonesia saja tetapi juga di beberapa negara lainnya sebab ini adalah virus yang mendunia. Pemerintah Indonesia melakukan upaya semaksimal mungkin, seperti menghimbau kepada masyarakat agar jangan keluar rumah dalam sementara waktu dan juga selalu memakai masker, mencuci tangan dan kaki dengan sabun, jangan bersalaman dengan orang lain dan sebagainya, termasuk dalam hal beribadah agar sebisanya dilakukan dirumah bersama keluarga. Dan tentu saja sebagai warga negara yang baik saya sangat mengapresiasi dan mendukung upaya pemerintah. Dan harus diakui bahwa ini merupakan situasi darurat dimana sebagai orang percaya kita tentunya mempunyai respon yang berbeda – beda tentang beberapa hal yang berkaitan erat dengan iman atau keyakinan kita secara pribadi. 

Dalam suatu diskusii melalui video call dengan seorang teman, saya berbincang – bincang tentang pro kontra gereja dalam melakukan sakramen perjamuan kudus, yang pada akhirnya membuat saya merenungkan nilai – nilai daripada doktrin kedaulatan Allah (Sovereignty of God), dan salah satunya dalam hal menghadapi penderitaan.

Artikel ini bukan untuk menjawab persoalan pro kontra perjamuan kudus ataupun mengungkapkan kekhawatiran saya akan kehidupan kerohanian orang percaya kedepannya, melainkan saya ingin menguatkan orang-orang percaya, agar lebih lagi bergantung kepada Allah yang berdaulat itu (Tanpa mengabaikan akal budi yang sudah Allah anugerahkan kepada kita) agar sebagai anak-anak Tuhan kita dikuatkan dari hari – ke hari dalam situasi yang seperti ini.

Doktrin kedaulatan Allah merupakan suatu doktrin yang memberikan penghiburan dan damai sejahtera kepada orang Kristen. Kedaulatan Allah merupakan suatu fondasi yang solid yang lebih kokoh dari langit dan bumi. Betapa berbahagianya mengetahui bahwa tak ada satupun celah didunia ini yang berada diluar jangkauanya-Nya, seperti yang dikatakan oleh pemazmur, “Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku. Jika aku berkata: "Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam,” maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang (Mzm 139:7-12).

Betapa berbahagianya mengetahui bahwa tangan Allah yang kuat itu menopang setiap orang percaya dalam segala hal, betapa bahagianya mengetahui bahwa tak seekor burung pipitpun dapat jatuh kebumi diluar kehendak-Nya. Betapa berbahagianya mengetahui bahwa penderitaan yang kita alami itu tidak terjadi secara kebetulan, ataupun berasal dari kuasa iblis, melainkan ditetapkan oleh Allah. supaya jangan ada orang yang goyang imannya karena kesusahan-kesusahan ini. Kamu sendiri tahu, bahwa kita ditentukan untuk itu (1 Tes 3:3).

Namun, Allah bukan hanya memiliki kuasa yang tak terbatas, melainkan juga hikmat dan kebaikan yang tidak terbatas. Dan disinilah nilai kebenaran itu bahwa Allah itu terlalu berhikmat untuk dapat melakukan kekeliruan, dan terlalu pengasih untuk menjadikan anak-Nya mencucurkan air mata dengan sia-sia. Bila Allah merupakan hikmat sekaligus kebaikan sejati itu sendiri, maka pastilah jaminan bahwa segala hal itu ada dalam tangan pemeliharaan-Nya, dan diarahkan oleh kehendak-Nya seturut rencana-Nya yang kekal! Apabila Ia merampas, siapa akan menghalangi-Nya? Siapa akan menegur-Nya: Apa yang Kaulakukan? (Ayub 9:12).

Pada intinya saya ingin mengatakan bahwa betapa damainya hati kita yang selalu khawatir itu untuk mengetahui bahwa jumlah hari – hari manusia sudah ditentukan oleh-Nya (Ayub 7:1;14:5); bahwa sakit penyakit dan kematian itu dapat menjadi alat-Nya, dan senantiasa berada dibawah perintah-Nya; bahwa Tuhan yang telah memberi, Tuhan jugalah yang berhak mengambil. Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! (Roma 11:36). Siapapun saudara yang membaca tulisan ini, saya ingin mengajak saudara untuk memimpin diri kita pada suatu kesadaran akan tidak berarti dan tidak berdayanya kita, dan menimbulkan sikap bergantung serta berserah kepada Allah dalam keberanian yang memakai hikmat Allah dan bukan dalam kepanikan akan hal yang malah membuat iman percaya lemah dan down. Kita Tuhan Yesus memberkati kita semua. 

SOLIDEO GLORIA

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama