I. PENDAHULUAN
Banyak orang yang menganggap sunat sebagai sebuah kebodohan yang tak perlu dibahas dan didiskusikan, padahal sunat sebagai sebuah kebenaran yang Alkitabiah. Mengapa? Sebab sunat merupakan sebuah ketetapan yang sudah usang dan hal tersebut berlaku hanya pada zaman Perjanjian Lama atau Taurat saja, sedangkan zaman sudah berubah, “sunat dan tidak sunat” tidak ada pengaruhnya dalam iman Kristiani. Sebagai orang - orang yang percaya kepada Tuhan, tentunya kita juga perlu memiliki pengetahuan yang benar tentang kebenaran-kebenaran yang Alkitabiah termasuk didalamnya pengetahuan tentang sunat. Kenyataan tersebut dapat diketahui bahwa dewasa ini banyak orang Kristen kurang bahkan tidak memahami dengan benar kebenaran mengenai sunat.
II. GARIS BESAR KITAB ROMA
Garis besar dari surat kepada Jemaat Roma ini sangat sederhana. Dia dapat dibagi ke dalam tiga bagian utama:
1. Bagian Pertama, Pasal 1-8. Dalam pasal-pasal ini berisi tentang pembahasan hal-hal doktrinal. Yang pertama dalam pasal-pasal ini Paulus menjelaskan manusia yang berdosa di hadapan Allah. Kita semua telah berdosa. Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Kemudian dalam bagian kedua dari pasal-pasal doktrinal tersebut dia menjelaskan kasih dan kemurahan Allah yang telah menyediakan suatu penebusan untuk menutupi dan menghapus semua dosa-dosa kita. Dan kemudian bagian ketiga dari bagian pasal-pasal doktrinal itu, dia berkata bahwa kita hanya dapat hidup oleh iman. Kita telah diselamatkan oleh anugrah dan penebusan Yesus Kristus. Dan itu merupakan hal yang utama.
2. Bagian Kedua, Pasal 9-11. Dalam pasal-pasal Paulus berbicara tentang masalah dispensasi. Dia menggambarkan ketidakpercayaan orang Israel dan berkata bahwa pada hari kedatangan Kristus, orang-orang Israel akan bertobat dan diselamatkan. Dapatkah anda membayangkan hal itu, bahwa suatu hari nanti Negara Israel akan menjadi fondasi kekristenan dan orang-orang Yahudi di seluruh dunia akan menjadi duta-duta yang luar biasa, pengkotbah-pengkotbah serta misionaris-misionaris ke seluruh bumi. Bukankah ini adalah suatu hal yang belum pernah terlihat sebelumnya? Dan itulah yang Paulus sampaikan dan katakan dalam bagian kedua ini. Ini merupakan pesan bagi kita hari ini. Jika anda menginterpretasikan kepercayaan anda dalam berbagai terminologi kredo-kredo, aturan-aturan, kebaikan manusia dan usaha kita untuk menjadi baik dan benar maka kitab Roma akan menjadi sebuah kutukan bagi anda.
3. Bagian Ketiga, Pasal 12-16. Ini menekankan bagaimana menghidupi kehidupan yang telah dilahirbarukan, diselamatkan oleh iman di dalam Kristus.
III. EKSPOSISI SINGKAT ROMA 2:17-29
1. Ayat 17-20 - Pada bagian akhir pasal ini Rasul Paulus mengarahkan pembahasannya lebih dekat kepada orang Yahudi, dan menunjukkan dosa-dosa apa yang menjadi kesalahan mereka, tak peduli dengan pengakuan diri dan kesombongan mereka yang sia-sia. Sebelumnya dia sudah mengatakan (ay. 13) bahwa bukan pendengar melainkan pelaku hukum Taurat yang dibenarkan, dan di sini dia menerapkan kebenaran besar itu pada orang Yahudi. Mereka menyebut dirinya orang Yahudi, terutama bukan dalam hal asal-usul, melainkan pengakuan diri. Itu adalah gelar yang sangat terhormat. Keselamatan datang dari bangsa Yahudi, dan inilah yang sangat mereka banggakan karena menjadi sebuah bangsa yang istimewa.
2. Ayat 21-25 - Sedangkan bagian ini bahwa mereka berdosa melawan pengetahuan dan pengakuan diri mereka. Mereka melakukan sendiri apa yang mereka ajarkan kepada orang lain untuk menghindarinya. Kalimat “Bagaimanakah engkau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar dirimu sendiri?” Mengajar kebaikan harus dimulai dari diri sendiri, dan tidak boleh hanya berhenti di situ saja. Kemunafikan orang Farisi adalah bahwa mereka tidak melakukan seperti yang mereka ajarkan (Mat. 23:3), justru merobohkan dengan cara hidup mereka apa yang mereka bangun dengan pengajaran mereka. Bahwa mereka mempermalukan Allah dengan dosa mereka (ay. 23-24). Sementara Allah dan hukum-Nya adalah kehormatan bagi mereka, yang atasnya mereka membangga-banggakan dan menyombongkan diri, mereka malah justru memalukan Allah dan hukum-Nya, dengan memberi kesempatan kepada orang-orang luar untuk mencela agama mereka, seolah-olah agama memang mengizinkan dan memperbolehkan hal-hal seperti itu.
3. Ayat 25-29 - Menurut R.A. Jaffray, mengenai Roma 2:25 ini, “Paulus hendak menegaskan nilai sunat yang dilakukan atas dasar adat nenek moyang, yang bertentangan dengan hukum Allah. Oleh sebab itu, sekalipun orang itu bersunat, sebenarnya orang itu sama dengan orang yang tidak bersunat. Orang seperti itu tidak berbeda dengan orang yang belum percaya. Kehadiran sunat sangat berguna tatkala bangsa Israel mau menaati hukum Taurat. Dengan kalimat yang sederhana Paulus mau mengatakan bahwa sunatmu berubah menjadi keadaan tidak berguna/tidak bersunat, apabila hatimu sama masih dikuasai dosa. Maka orang yang tak bersunat tersebut “seolah-olah” bersunat atau disamakan dengan orang yang bersunat (orang Yahudi) sebab ia berkenan di hadapan Allah dengan segala tindakan ketaatannya terhadap hukum Taurat. Ia berhak menerima esensi dari berkat serta janji-janji yang terkandung dari perjanjian tersebut.
Paulus menggambarkan situasi yang nyata di dalam ayat 28-29. Yang mana, orang Yahudi sejati ialah mereka yang melakukan hukum Taurat, yang menyimpan hukum Taurat dalam batin, menyunatkan hatinya; yang dijiwai bukan oleh hukum tertulis melainkan oleh Roh. Perlu diperhatikan bahwa sunat pada badan tidak menjamin orang tersebut masuk pada golongan ini. Sama seperti hukum Taurat, sunat barulah bermakna bila sifat-sifat tersebut terdapat dalam hati orang-orang yang bersangkutan.
IV. IMPLIKASI TEOLOGIS
1. Sunat Dalam Roma 2 Menekankan Kepada Sunat Hati bukan Sunat Lahiriah. Sunat hati adalah suatu bentuk penyucian hati, penanggalan akan tubuh (sifat) yang berdosa dan mau hidup dalam pertobatan, yakni meninggalkan tabiat lama (dosa) dan mau menyunatkan hatinya bagi Kristus Sunat lahiriah tidak berfaedah ketika seseorang masih hidup dalam dosa dan tidak menaati Firman Tuhan.
2. Paulus menekankan bahwa keselamatan orang percaya diperoleh melalui Anugerah dan diterima melalui Iman kepada Yesus Kristus dan bukan karena melakukan hukum taurat.
V. KESIMPULAN
Dalam Perjanjian Lama, Abraham menunjukkan ketaatan-Nya kepada Allah dalam hal sunat, Kejadian 17:1-27. di mana Allah menjadikan sunat sebagai Lambang Perjanjian antara Allah dengan Abraham, sunat merupakan tanda kepunyaan Tuhan secara fisikal yang telah dimeteraikan Allah dengan penumpahan darah. Rasul Paulus sebagai pelopor dari “sunat hati”, mengidentifikasikan sunat dalam Perjanjian Baru sebagai suatu bentuk penyucian hati, penanggalan akan tubuh (sifat) yang berdosa dan mau hidup dalam pertobatan, yakni meninggalkan tabiat lama (dosa) dan mau menyunatkan hatinya bagi Kristus. Sunat lahiriah tidak berfaedah ketika seseorang masih hidup dalam dosa dan tidak menaati Firman Tuhan. Sunat lahiriah hanya sebatas simbolis, sedangkan sunat hati sangat perlu dalam hidup kekristenan. Sunat yang dilakukan secara lahiriah (sarx/σαρξ) yakni pada tubuh atau daging hanya sebatas aturan atau tradisi. Sunat hati ialah sebuah situasi di mana seseorang yang sebelumnya hidup dalam dosa namun atas dasar kesadaran akan dosa atau pelanggaran, mempersilahkan Allah untuk masuk dalam hatinya, membersihkan hidupnya dari segala dosa (mengerat/menyunatkan hatinya) bagi Allah sehingga dapat menjalin intimasi dengan Allah yang kudus.
DAFTAR PUSTAKA
ALKITAB LAI / KJV / NIV
Henry. Matthew, Commentary, on Bible Hub English Translation – Terjemahan Bebas oleh Penulis.
Jaffray. R.A, Tafsiran Surat Roma (Bandung: Kalam Hidup, 2007)
den End. Th. Van, Tafsiran Alkitab Surat Roma (Jakarta: BPK.Gunung Mulia, 1995).
SABDA 5
Tags:
RENUNGAN