Suatu kali seorang anak kecil memerhatikan sebuah buku besar berwarna hitam. Buku itu berselimut debu dan ditaruh di sebuah rak yang tinggi.
Kemudian dengan penuh rasa ingin tahu ia bertanya kepada ibunya tentang buku itu. Dengan malu sang ibu segera menjelaskan, "Itu Alkitab. Bukunya Allah." Anak itu berpikir sesaat, lalu berkata, "Kalau itu bukunya Allah, mengapa kita tidak mengembalikannya saja kepada Allah? Kan tidak ada lagi seorang pun di sini yang membacanya."
Dalam banyak keluarga, Alkitab nyaris tidak pernah dibaca atau bahkan dipedulikan keberadaannya. Orang membacanya hanya tatkala muncul masalah, penyakit, atau kematian di tengah keluarga. Bahkan pada saat seperti itu pun seseorang bisa jadi masih kebingungan ke mana harus mencari bantuan yang dibutuhkan.
Yang paling disayangkan adalah banyak orang Kristen termasuk pendeta, majelis gereja sekalipun yang hanya membaca Alkitabnya hanya setiap hari minggu saat gereja, banyak orang membaca Alkitab saat kebaktian saja. Jika Firman Tuhan adalah makanan rohani, apakah dengan tidak makan akan bertahan hidup?
Saya pernah membaca sebuah artikel di Kompasiana (Edisi April 2018 Kalau saya tidak salah) tentang Alasan Mengapa orang Indonesia malas membaca membaca buku. Disana diberikan beberapa alasan dan di pendahuluannya dikatakan bahwa budaya membaca memang belum mendarah daging bagi orang Indonesia, berbeda dengan masyarakat Eropa sana yang telah menjadikan membaca sebagai kegiatan wajib setiap waktu senggang ataupun menjelang tidur.
Tidak percaya? Bisa dilihat hasil riset yang dikemukakan oleh Najwa Shihab yang saat ini menjadi Duta Baca Indonesia. Najwa memaparkan bahwa rata-rata orang Indonesia hanya membaca 1 buku per tahun dan 1 buah buku yang dibaca pun belum tentu buku yang bermanfaat.
Ini adalah realita yang harus disadari, membaca adalah sebuah hal yang sangat penting di abad millennium ini. Di mana terjadi perkembangan teknologi dan informasi sangat pesat sehingga memaksa umat manusia untuk membaca lebih banyak dan lebih sering dari biasanya, siapa yang malas membaca akan tertinggal jauh dibelakang orang yang terbiasa membaca.
Karena itu saudara, mari periksa, kapan terakhir kali Anda mengambil Alkitab dan mempelajarinya untuk mendapatkan sukacita, menerima teguran rohani, dan mengalami pertumbuhan rohani? Memang Alkitab adalah bukunya Allah, tetapi Dia tidak ingin buku itu dikembalikan kepada-Nya.
Dia ingin agar Anda memiliki, merenungkan, memahami, memercayai, dan menaati pesan yang ada di dalamnya. Itulah alasan utama mengapa Artikel-artikel ini diterbitkan. Setiap artikel renungan di dalamnya bertujuan untuk membantu Anda dan saya dalam memahami firman Allah.
Saya pernah menonton di YouTobe sebuah kesaksian yang disampai oleh Ahok (Basuki C. Purnama) dalam satu gereja. Dia menceritakan bagaimana caranya ia memberikan nasehat kepada anaknya tentang bagaimana pentingnya membaca Alkitab.
Ia mengatakan kepada anaknya "Kalau besok adalah Bahasa Indonesia apakah kamu belajar Fisika malam ini"? Anaknya menjawab tidak. Namun Ahok (bapaknya) bertanya lagi, "Kalau misalnya gurumu itu memang sedikit "nakal" dan menyuruhmu / memberitahu untuk belajar saja maka kira-kira kamu belajar apa? Dan anaknya menjawab belajar semua matapelajaran. (Saudara bisa cari di YouTobe kesaksian ini).
Yang ingin saya sampaikan bagi saudara tentang pengalaman / kesaksian Ahok ini adalah, orang Kristen harusnya belajar Alkitab sehingga dia bisa kuat menghadapi ujian hidup yang ia lalui. Sama halnya dengan anak yang mengikuti ujian dan nanti gagal atau lulus, itu semuanya tergantung pada bagaimana ia belajar dengan baik.
Karena itu kiranya kita mempelajari dan membaca Alkitab karena hanya Alkitab saja sumber kekuatan, makanan rohani dan satu-satunya yang memberikan kita kekuatan.
Sudahkah Anda membaca bacaan Kitab Suci hari ini? Jika belum, mengapa Anda tidak membacanya sekarang juga?
Jangan biarkan Alkitab menjadi Buku yang terlupakan di dalam rumah anda.
Semakin banyak anda membaca Alkitab, semakin besar rasa cinta anda kepada "Penulisnya" (Allah). Amin